Tangsel - Di tengah guyuran hujan deras yang tak henti-hentinya, warga RT 006 RW 004 Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kembali diguyur bencana banjir susulan yang datang begitu tiba-tiba. Padahal, mereka masih sibuk merampungkan perbaikan rumah dan barang-barang yang rusak akibat banjir sebelumnya, yang airnya mencapai setinggi pinggang orang dewasa.
Situasi ini semakin memperberat beban hidup warga, terutama mereka yang tinggal di sekitar aliran kali yang kini tertimbun sampah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, yang membuat arus air semakin kotor dan berbahaya.
Kristanto, seorang warga berusia 43 tahun yang rumahnya terdampak parah, menceritakan kisah pilu saat ditemui di kediamannya pada Rabu (19/11/2025).
Dengan wajah lelah namun tegar, ia mengungkapkan bahwa berbagai barang berharga miliknya ikut terendam dan bahkan hanyut terbawa arus deras. "Kulkas dua unit, mesin cuci dua buah, kacang 150 kilogram, motor, pakaian-pakaian, mesin air—semuanya ada yang ikut terbawa arus," ujarnya dengan nada getir, sambil menunjukkan sisa-sisa lumpur yang masih menempel di dinding rumah.
Kristanto menambahkan bahwa ia belum sepenuhnya selesai memperbaiki kerusakan dari banjir pada Selasa (18/11), ketika banjir susulan tiba sekitar pukul 13.45 WIB. Ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan, meskipun banyak yang sudah tak tertolong.
"Susah sekali mengurus semuanya ini. Belum beres memperbaiki sisa banjir sepinggang kemarin, sekarang malah kena banjir susulan lagi," jelasnya, sambil menghela napas panjang.
Lebih lanjut, Kristanto menyoroti masalah baru yang muncul: bau tak sedap yang menusuk hidung akibat tumpukan sampah dari TPA Cipeucang yang terbawa arus dan menumpuk di aliran kali. Bau itu tidak hanya mengganggu kesehatan, tetapi juga menambah beban psikologis warga yang sudah kelelahan. Ia bahkan memperlihatkan mesin cuci dan pompa air yang baru saja diperbaiki, namun kini kembali terendam lumpur hitam yang lengket. "Ini benar-benar membuat frustrasi. Sampah dari TPA itu seperti racun yang terus mengalir ke rumah-rumah kami," tambahnya.
Bencana ini bukan sekadar masalah air tinggi, melainkan tragedi yang melibatkan kerugian materi dan emosional yang besar. Warga setempat berharap pemerintah segera turun tangan untuk membersihkan kali dari sampah TPA dan membangun sistem drainase yang lebih efektif, agar banjir seperti ini tidak terulang. Sementara itu, tim relawan dan petugas dari dinas terkait telah mulai mendistribusikan bantuan logistik, namun upaya pemulihan masih panjang.
Dengan kondisi cuaca yang masih tidak menentu, warga Tangsel ini terus berjuang menghadapi ancaman banjir yang seolah tak ada habisnya. (AM2GA)
