Proyek ini, yang
menyasar tujuh kelas (9.1 hingga 9.7), jauh dari sekadar tugas di atas kertas.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil (7-8 kelompok per kelas) untuk
memproduksi karya berupa video dan makalah. Inti dari kegiatan ini adalah
dialog langsung; siswa diwajibkan berinteraksi dan berdiskusi dengan staf
kebersihan sekolah hingga pihak kantin mengenai pengelolaan dan dampak sampah.
Disini bisa di lihat karya kelas 9.1 – 9.7 dari
Makalah dan video baik perkelompok maupun gabungan dari Link Google Drive : https://drive.google.com/drive/u/0/folders/1LbkSc5tDtFkrNIk9SVgDaa-juD1BRApk
Disini dengan
maksud bagaimana cara siswa bisa berdialog dengan Staf kebersihan sekolah,
Orang Kantin di sekolah tentang sampah, jelas Mandela kepada media.
Proses Di Atas Hasil :
Kisah Kegundahan Sang Guru
Mandela mengakui bahwa
menjalankan program yang menuntut kolaborasi dan kesabaran ini tidaklah mudah.
Bahkan, di awal pelaksanaannya, ia sempat dilanda keraguan dan nyaris
menghentikan proyek tersebut.
Namun, seiring waktu
berjalan, kegundahan itu sirna. Perubahan positif dalam diri siswa—terutama
kemampuan mereka berinteraksi dan bekerja sama dalam kelompok—telah membuktikan
keberhasilan program. Nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong dan tanggung
jawab sosial terinternalisasi secara nyata.
Program ini bukan
dilihat hasilnya melainkan proses awal sampai finishing dalam program ini tegasnya. Ia berharap kegiatan ini dapat menanamkan kesadaran bahwa segala
sesuatu yang dilakukan harus berorientasi ke depan (minimal satu tahun) dan
membutuhkan kerjasama serta kekompakan yang merupakan esensi dari Pancasila.
Apresiasi dan Dukungan
Multi-Pihak
Program inovatif ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak eksternal, menunjukkan bahwa karya siswa SMP ini telah melampaui batas kelas. Mandela secara khusus mengucapkan terima kasih kepada beberapa sosok yang telah melihat dan mendukung karya siswa, di antaranya:
- Ibu
Dr. Misdayati,S.Pd dan M.Pd ( Orang Tua dari Agung Mandela)
- Ibu
Frida Tesalonik, M.Pd ( Kepala Sekolah SMP N 20 Tangsel )
- Ibu
Heny Khristiani, S.Si, M.Pd (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum)
- Pak
Ahmad Zarkasih, S.Pd ( Guru Pendidikan Pancasila Kelas 8)
- Ibu
Ratih Nurul Annisa, S.Pd ( Guru Pendidikan Pancasila Kelas 7)
- Bang
Irawan (Pengacara LBH Jingga)
- Bang
Arif (Pengacara dan Konsultan Hukum)
- Bang
Rizki, Raul, Bang Fatma, Bang Iip dkk (Mahasiswa Fakultas Pendidikan
Pancasila Universitas Pamulang/Unpam)
- Bang
Lingga (Media Online Karonesia)
- Bang
Ridwan (Guru di Muhammadiyah Parakan)
- Tim dari Media Online News Mediawana
Walaupun masih
banyak kekurangannya. Di setingkat SMP karya ini sudah berhasil, tutup
Mandela, optimis program ini akan dilanjutkan di semester berikutnya.
SOLUSI/REKOMENDASI PENGEMBANGAN PROGRAM (Untuk SMPN 20 Tangsel):
Integrasi Lintas Mapel :
Proyek sampah ini dapat dikembangkan menjadi Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila (P5) dengan mengintegrasikan mata pelajaran lain (seperti IPA untuk
kompos, Bahasa Indonesia untuk storytelling video, atau Seni Budaya untuk
instalasi sampah).
Penjangkauan Komunitas
(CSR) : Sekolah perlu menjalin kerjasama dengan perusahaan di sekitar Tangsel
(melalui program CSR) untuk pendanaan alat pendukung proyek keberlanjutan
(misalnya, tempat sampah pilah atau alat komposter mini) agar hasil karya siswa
berdampak langsung ke fasilitas sekolah.
Pameran Publik: Hasil
karya video dan makalah siswa, terutama yang paling inspiratif, harus
dipamerkan tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi juga melalui platform
media sosial sekolah atau acara publik kecil di Tangsel, guna meningkatkan
kesadaran lingkungan di masyarakat luas. (AM2GA)
