Tangsel – Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kini menghadapi ancaman ganda yang serius. Selain pola cuaca ekstrem yang tidak menentu—berubah drastis dari pagi cerah menjadi sore yang diselimuti hujan lebat, angin kencang, dan petir—wilayah ini juga melaporkan peningkatan signifikan kasus penyakit musiman, terutama menyerang anak-anak.
Dalam beberapa minggu terakhir, ketidakstabilan cuaca telah menyebabkan insiden pohon tumbang di sejumlah titik serta banjir lokal yang dipicu oleh intensitas curah hujan tinggi dan masalah drainase. Kerusakan infrastruktur ini diikuti oleh gelombang penyakit yang mengkhawatirkan.
Peringatan Kesehatan: Demam dan Tifus Mengintai Anak
Perubahan cuaca ekstrem yang cepat—sering disebut sebagai masa pancaroba brutal—terbukti menjadi pemicu utama kerentanan kesehatan, khususnya pada kelompok usia balita hingga anak Sekolah Dasar (SD).
Berdasarkan laporan di fasilitas kesehatan lokal, terjadi lonjakan kasus demam tinggi hingga gejala yang mengarah pada tifus (Typhus abdominalis). Penyakit-penyakit ini terkait erat dengan sanitasi yang buruk akibat banjir dan menurunnya daya tahan tubuh akibat fluktuasi suhu ekstrem.
Solusi Komprehensif: Mengatasi Bencana dan Penyakit
Pemerintah Kota Tangsel dan masyarakat wajib bergerak cepat dengan strategi dua arah: mitigasi bencana dan pencegahan penyakit.
1. Prioritas Pencegahan Penyakit Anak
Puskesmas dan Dinas Kesehatan harus mengaktifkan program sosialisasi masif mengenai pencegahan penyakit musiman.
SOLUSI PRAKTIS: Orang tua diimbau menjaga asupan gizi anak, memastikan anak cukup istirahat, dan segera membawa ke fasilitas kesehatan jika demam tidak turun dalam 24 jam. Sanitasi lingkungan, terutama setelah banjir, harus dipastikan bersih untuk menghindari penularan tifus dan DHF.
2. Mitigasi Bencana Infrastruktur
Risiko pohon tumbang akibat angin kencang tidak bisa diabaikan. Pemerintah daerah harus cepat tanggap.
SOLUSI STRATEGIS: Dinas Lingkungan Hidup dan BPBD Tangsel wajib segera melakukan pemangkasan rutin (perantingan) pada pohon-pohon tua atau yang rapuh di jalur protokol dan area padat penduduk. Selain itu, optimalisasi sistem drainase harus menjadi agenda darurat untuk meminimalisir genangan yang menjadi sarang penyakit.
Fenomena ini adalah alarm bahwa perubahan iklim tidak hanya berdampak pada infrastruktur, tetapi langsung menyerang kesehatan publik, terutama anak-anak. Kesiapsiagaan kolektif, dari menjaga kebersihan lingkungan hingga respons cepat terhadap kesehatan anak, adalah kunci untuk melewati musim pancaroba brutal ini. (AM2GA)
.jpeg)