Tangsel — Selasa, 16 Desember 2025,KRISIS LINGKUNGAN: Estetika Kota Tangsel Terkubur Terpal Wajah pusat Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kembali tercoreng. Tumpukan sampah yang menggunung di bawah kolong Flyover Ciputat, Jalan Ir. H. Juanda, kini memasuki status siaga darurat. Akibat volume yang tak terkendali hingga memakan separuh badan jalan nasional, pihak otoritas terpaksa mengambil langkah "darurat estetika" dengan menutup lautan sampah tersebut menggunakan terpal biru.
Lurah Sawah, Mega Romala, S.Kom., M.M., saat meninjau lokasi, menegaskan sebuah fakta pahit: lokasi tersebut telah menjadi sasaran empuk pembuang sampah "gelap" dari luar wilayah.
“Tidak ada warga kami yang membuang di sini. Ini jalan nasional yang disalahgunakan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab dari mana saja,” tegas Mega dengan nada kecewa.
TPA Cipeucang Lumpuh, Sampah 'Tersandera' di Jalanan
Kondisi semakin pelik karena meski kerja bakti bersama camat, RT/RW, dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) telah dilakukan, sampah-sampah tersebut tetap terdiam di tempat. Alasan utamanya adalah kelumpuhan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang yang menutup pintu akibat overcapacity dan kendala teknis pengelolaan air lindi.
Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, secara terbuka mengakui adanya kendala teknis yang menyebabkan penanganan sampah di wilayahnya "jalan di tempat" selama beberapa hari terakhir.
SOLUSI STRATEGIS & ANALISIS WARTAWAN:
Kejadian ini bukan sekadar masalah perilaku warga, melainkan kegagalan sistemik manajemen sampah di hulu dan hilir. Berikut adalah langkah solusi yang harus segera diambil:
Pemasangan CCTV & Sanksi Tipiring: Penjagaan 24 jam oleh warga bersifat melelahkan dan tidak berkelanjutan. Pemkot harus memasang CCTV pemantau dan memberlakukan Sanksi Tindak Pidana Ringan (Tipiring) secara tegas bagi pengendara motor yang membuang sampah sembarangan untuk memberikan efek jera secara instan.
Audit Kapasitas TPA Cipeucang: Pemerintah tidak bisa terus beralasan pada "kapasitas penuh". Diperlukan kerja sama lintas daerah (seperti dengan Pemprov Banten atau Bogor) untuk pengalihan sampah darurat sementara sambil mempercepat pembangunan teknologi Waste-to-Energy di Cipeucang.
Rekayasa Sosialisasi di Jalan Nasional: Mengingat jalur ini adalah perlintasan antarwilayah, perlu ada barikade fisik atau taman vertikal di titik-titik rawan agar oknum motoris tidak memiliki celah untuk melempar plastik sampah saat melintas.
Saat ini, warga Ciputat hanya bisa menatap terpal biru yang menutupi bau menyengat, sambil berharap janji pengangkutan sampah bukan sekadar wacana di tengah macetnya jalur transportasi utama Tangsel tersebut. (AM2GA)
