
NewsMediawana.com - Operasi penanganan bencana hidrometeorologi di tiga provinsi Sumatra—Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar)—memasuki fase kritis.
Setelah lebih dari seminggu dihantam banjir bandang dan tanah longsor masif, pemerintah daerah resmi memperpanjang status tanggap darurat di sejumlah wilayah, mengingat masih banyaknya korban yang belum ditemukan.
Fokus utama tim gabungan TNI, Polri, dan Basarnas kini beralih dari sekadar evakuasi menjadi pencarian intensif korban hilang, yang diperkirakan masih tertimbun material longsor atau terseret arus deras.
Data terakhir dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat, meskipun lebih dari 200 jiwa telah dipastikan meninggal dunia, puluhan nama masih berada dalam daftar pencarian.
Tantangan Evakuasi di Jalur yang Terisolasi
Kepala BNPB, Letjen Suharyanto, mengakui bahwa kondisi geografis di lokasi bencana menjadi tantangan terbesar. Banyak desa di pegunungan Tapanuli Selatan (Sumut) dan Agam (Sumbar) kini terisolasi total akibat putusnya jembatan dan tertutupnya akses jalan utama oleh lumpur tebal.
"Kami mengerahkan lebih dari 15 helikopter untuk memastikan distribusi logistik dan evakuasi dapat berjalan, terutama di titik-titik yang terisolasi seperti Sibolga. Jalan darat praktis lumpuh. Ini adalah operasi yang sangat menantang karena medannya didominasi tebing curam dan arus sungai yang masih deras," jelas Suharyanto dalam konferensi pers virtual.
Sorotan Tajam Terhadap Kayu Gelondongan
Isu lingkungan kini mencuat dan menjadi sorotan publik serta penegak hukum. Temuan masif kayu gelondongan berukuran besar yang ikut terseret air bah di wilayah yang terdampak banjir, terutama di kawasan hulu sungai, memicu dugaan kuat adanya praktik pembalakan liar (illegal logging).
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar, memerintahkan tim gabungan untuk segera menyelidiki asal-usul kayu tersebut.
Jika terbukti berasal dari aktivitas ilegal, hal ini akan memperkuat anggapan bahwa kerusakan hutan di hulu sungai adalah faktor determinan yang memperparah daya rusak banjir bandang di Sumatra.
"Kami tidak akan menutup mata. Jika ada unsur kesengajaan perusakan hutan yang memicu bencana, kami akan tindak tegas sesuai hukum yang berlaku," tegas juru bicara Kementerian LHK.
Pemulihan Jaringan Vital Dimulai
Di tengah upaya pencarian, pemulihan infrastruktur vital juga mulai dikebut.
PLN melaporkan bahwa sebagian besar jaringan listrik di kota-kota besar yang sempat padam telah dipulihkan. Demikian pula dengan jaringan komunikasi seluler yang secara bertahap kembali normal untuk membantu koordinasi di posko darurat.
Solidaritas nasional terus mengalir deras, baik dari BUMN, swasta, maupun masyarakat umum. Namun, tantangan ke depan adalah bagaimana mengintegrasikan penanganan darurat dengan mitigasi bencana jangka panjang yang melibatkan rehabilitasi hutan dan penataan ruang di wilayah rawan bencana.