
NewsMediawana.com - DEWAN KEAMANAN PBB KEMBALI GAGAL! Tensi Gaza Makin Memanas, Resolusi Gencatan Senjata Permanen Kandas
Upaya global untuk meredakan konflik di Jalur Gaza kembali menemui hambatan serius.
Dalam sidang darurat yang diadakan di markas besar PBB, Dewan Keamanan PBB (DK PBB) kembali gagal mencapai kesepakatan bulat untuk mengesahkan resolusi yang menuntut gencatan senjata permanen segera.
Kegagalan ini menandai berulangnya kebuntuan diplomatik di badan tertinggi PBB, menunjukkan adanya perpecahan mendalam di antara negara-negara anggota permanen mengenai cara penanganan krisis kemanusiaan dan keamanan yang terus memburuk di Gaza.
Hak Veto Jadi Penghalang Utama
Sumber diplomatik menyebutkan bahwa kegagalan ini dipicu oleh penggunaan hak veto oleh salah satu anggota permanen, yang menentang formulasi resolusi yang diajukan oleh anggota tidak tetap.
Negara-negara yang mendukung resolusi tersebut menyatakan frustrasi atas kegagalan DK PBB untuk mengambil tindakan kolektif yang tegas.
"Setiap jam penundaan dalam menyepakati gencatan senjata berarti hilangnya lebih banyak nyawa warga sipil. Dunia mengharapkan tindakan dari Dewan ini, bukan kebuntuan yang berulang," ujar perwakilan salah satu negara pendukung resolusi.
Di sisi lain, negara yang menggunakan hak veto berdalih bahwa resolusi yang diusulkan tidak mempertimbangkan aspek keamanan dan pembebasan sandera, atau dianggap terlalu berat sebelah.
Situasi Kemanusiaan di Lapangan Memburuk
Sementara perdebatan di New York terus berlangsung, laporan dari Jalur Gaza menunjukkan bahwa kondisi kemanusiaan telah mencapai titik kritis.
Serangan udara dan darat yang intensif, ditambah dengan terbatasnya pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan, membuat kehidupan jutaan warga sipil di sana berada dalam bahaya ekstrem.
Organisasi-organisasi bantuan internasional terus mendesak pembukaan koridor kemanusiaan yang aman dan permanen, namun upaya tersebut sulit diwujudkan tanpa adanya jeda pertempuran yang disepakati oleh semua pihak.
Kegagalan DK PBB untuk bertindak cepat ini dikhawatirkan akan semakin memperburuk krisis regional dan menimbulkan konsekuensi yang tidak terduga di kawasan Timur Tengah.
Tekanan kini beralih kepada upaya negosiasi bilateral dan regional untuk mencari solusi sementara.