BUKAN HADIAH MEWAH: Wali Kelas 9.6 SMPN 20 Tangsel Tersentuh Apresiasi Tulus dari Murid di Hari Guru

 


Tangsel – Di tengah euforia perayaan Hari Guru yang biasanya diwarnai acara besar, sebuah momen intim dan menyentuh terjadi di UPTD SMPN 20 Tangsel. Ketulusan hati ditunjukkan oleh siswa-siswi Kelas 9.6 yang secara khusus mendedikasikan perayaan Hari Guru untuk wali kelas mereka, membuktikan bahwa penghargaan terbaik datang dari hati, bukan kemewahan.


Perayaan sederhana namun berkesan ini menjadi sorotan utama, menonjolkan betapa pentingnya peran wali kelas sebagai figur sentral yang menjembatani hubungan antara sekolah, siswa, dan orang tua.


Ucapan Terima Kasih yang Menjadi Penghargaan Tertinggi

Berbeda dengan perayaan umum, siswa-siswi Kelas 9.6 memilih merayakan momen ini secara personal di ruang kelas mereka. Inti dari perayaan tersebut bukanlah pada pesta atau hadiah fisik, melainkan pada ucapan terima kasih tulus yang disampaikan langsung kepada wali kelas mereka.

Momen ini sarat akan emosi, di mana siswa-siswi mengekspresikan rasa syukur atas bimbingan, kesabaran, dan dukungan yang tak hanya bersifat akademis, tetapi juga personal. Ucapan terima kasih tersebut dianggap sebagai penghargaan tertinggi yang diterima sang wali kelas, sebuah pengakuan atas dedikasi yang telah diberikan sepanjang tahun.

FILOSOFI APRESIASI KLASIK: Momen ini menegaskan kembali bahwa dalam dunia pendidikan, penghargaan yang paling berharga bukanlah materi, melainkan pengakuan tulus atas dampak positif yang telah diciptakan guru dalam kehidupan siswa.

Solusi Hubungan Edukatif: Memperkuat Peran Wali Kelas


Kehangatan perayaan yang ditunjukkan oleh Kelas 9.6 UPTD SMPN 20 ini dapat menjadi model dan solusi bagi sekolah lain dalam memperkuat ikatan emosional di lingkungan pendidikan.

SOLUSI PENGUATAN HUBUNGAN WALI KELAS-MURID :

1) Fokus pada Mentorship: Sekolah harus mengakui dan memfasilitasi peran wali kelas sebagai mentor utama yang bertanggung jawab atas perkembangan holistik (akademik dan karakter) siswa, bukan sekadar administrator kelas.

2) Momen One-on-One: Mendorong adanya sesi pertemuan informal antara wali kelas dan siswa/kelompok kecil siswa. Ini membantu guru memahami tantangan individual murid, yang pada akhirnya meningkatkan rasa hormat dan penghargaan.

3) Keterlibatan Emosional: Mengadakan kegiatan di mana siswa didorong untuk merefleksikan dan menuliskan dampak positif yang diberikan guru mereka (seperti yang dilakukan Kelas 9.6), sehingga memupuk budaya apresiasi verbal dan tertulis di lingkungan sekolah.

Momen hangat yang disajikan oleh Kelas 9.6 UPTD SMPN 20 Tangsel ini mengirimkan pesan kuat: Guru adalah profesi yang menyentuh jiwa. 


Pengakuan akan peran tersebut—bukan dari panggung besar, melainkan dari hati kecil murid—adalah esensi sejati dari perayaan Hari Guru. (AM2GA)



Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال